Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS)
Prinsip dari
spektrofotometri adalah terjadinya interaksi antara energi dan materi. Pada
spektroskopi serapan atom terjadi penyerapan energi oleh atom sehingga atom
mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dalam
metode ini, analisa didasarkan pada pengukuran intesitas sinar yang diserap
oleh atom sehingga terjadi eksitasi. Untuk dapat terjadinya proses absorbsi
atom diperlukan sumber radiasi monokromatik dan alat untuk menguapkan sampel sehingga
diperoleh atom dalam keadaan dasar dari unsur yang diinginkan. Spektrofotometri
serapan atom merupakan metode analisis yang tepat untuk analisis analit
terutama logam-logam dengan konsentrasi rendah (Pecsok, 1976).
Atomic
Absorbtion Spectroscopi (AAS) adalah spektroskopi yang berprinsip pada serapan
cahaya oleh atom. Atom–atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tersebut
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik
suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat eksitasi yang bermacam-macam. Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai sumber energi, flame untuk menguapkan sampel menjadi atom. Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan amplifier sebagai pencatat pengukuran. AAS bekerja berdasar pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Hollow Cathode Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh self absorbsi yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground state.
suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat eksitasi yang bermacam-macam. Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai sumber energi, flame untuk menguapkan sampel menjadi atom. Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan amplifier sebagai pencatat pengukuran. AAS bekerja berdasar pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Hollow Cathode Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh self absorbsi yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground state.
Beberapa logam yang terkandung dalam sampel dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan AAS, tetapi ada beberapa gangguan kimia yang menyebabkan sampel harus diperlakukan khusus terlebih dahulu. Gangguan kimia disebabkan oleh berkurangnya penyerapan loncatan atom dalam kombinasi molekul dalam flame. Hal ini terjadi karena flame tidak cukup panas untuk memecah molekul atau pada saat pemecahan atom, dioksidasi segera menjadi senyawa yang tidak terpecah segera pada temperatur flame. Beberapa gangguan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan penambahan elemen atau senyawa khusus pada larutan sampel. Beberapa gangguan kimia antara lain:
a. Pembentukan senyawa stabil
Pembentukan senyawa stabil menyebabkan disosiasi analit tidak bercampur. Gangguan kimia ini dapat diatasi dengan menaikkan suhu nyala, menggunakan zat pembebas (releasing agent) dan ekstrasi analit atau unsur pengganggu.
b. Ionisasi
Ionisasi dapat dicegah dengan menambahkan ion yang lebih mudah terionisasi untuk menahan ionisasi analit. Unsur-unsur yang dapat ditentukan dengan AAS lebih dari 60 unsur logam atau metalloid dengan konsentrasi antara 1 ppm sampai 10 ppm. Setiap unsur logam yang dideteksi menggunakan AAS mempunyai kondisi optimum yang berbeda-beda.
Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan
atom (SSA) adalah sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai komponen
yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator, dan detektor.
Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi
standard dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan konsentrasi sample yang
tidak diketahui. Walaupun komponen-komponenya sama, akan tetapi sumber cahaya
dan tempat sampel yang digunakan pada SSA memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dari yang digunakan dalam spektrometri molekul (misal: UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm,
maka tidak mungkin untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada
spektrometri molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:
- Pita-pita
absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari pita-pita
yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu
digunakan, maka pita radiasi yang di berikan oleh monokromator jauh lebih
lebar dari pada pita absorpsi, sehingga banyak radiasi yang tidak
mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan sensitifitas atau
kepekaan SSA menjadi jelek.
- Karena
banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom, maka
sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan
energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang yang sangat sempit
atau perlu menggunakan detektor yang jauh lebih sensitif dibandingkan
detektor fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak
efektif sehingga tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali
jika pita emisi lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua
panjang gelombang yang dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh
sampel tersebut.
Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)
Bentuk lampu katode dapat dilihat pada gambar 11.4.
Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris
berongga yang dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan
dalam pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan
tekanan 1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar
antara 2 – 20 mA. Adapun
gas pengisi
terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan dipercepat menuju katode
dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atom-atom logam menjadi terlepas ke
permukaan dan terbentuk awan/populasi atom. Proses ini disebut dengan percikan
atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan ini menyebabkan beberapa atom
tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan dasar dengan memancarkan spektrum
atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi (dan komponen lain yang terdapat dalam
katode) juga dipancarkan. Jendela atau tempat dimana radiasi keluar dari lampu
biasanya dibuat dari silika sehingga dapat menggunakan panjang gelombang di
bawah 350 nm.
Nyala
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang
dapat mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada
umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju nyala adalah
nebulizer pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar (burner). Diagram
nebulizer dapat di lihat pada Gambar 11.5. Sebelum menuju nyala, sample
mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi oleh aliran gas pengoksidasi
sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian, aerosol yang terbentuk bercampur
dengan bahan bakar menuju ke burner. Sample yang menuju burner hanya berkisar
5-10% sedangkan sisanya (90-95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa
pembuangan selalu berbentuk ”U” untuk menghindari gas keluar yang dapat
menyebabkan ledakan serius. Sample yang berada pada nyala kemudian diatomisasi,
dan cahaya dari lampu katode tabung dilewatkan melalui nyala. Sample yang
berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.
Gambar Nebuliser pada spektrometer
serapan atom (SSA)
Jenis-jenis
nyala
Ada 3 jenis
nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:
- Udara –
Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800oC)
dibandingkan jenis nyala lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang
baik jika elemen yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.
- Udara –
Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam
AAS. Nyala ini menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat
mengatomisasi hamper semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo
juga dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah
bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.
- Nitrous
oksida – Asetilen
Jenis nyala ini paling panas (3000oC), dan
sangat baik digunakan untuk menganalisa sampel yang banyak mengandung
logam-logam oksida seperti Al, Si. Ti, W.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom,
atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5
nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup
energiuntukmengubah tingkat energy elektronik suatu atom. Dengan absorpsi
energy, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya
pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan noor atom 11 mempunyai konfigurasi
electron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat
dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy.
Elektronini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun
ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang
gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang
gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan dengan intensitas
maksimum, yangdikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis
resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu
dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu
sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang
diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang
menyerap sinar tersebut.
Dari kedua
hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
A = E.b.c
Dimana: E =
intensitas sumber sinar
= intensitas
sinar yang diteruskan
= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dari
persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
2.2 Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
Telah dijelaskansebelumnya bahwa metode AAS berprinsip
pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih
berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah
sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA)
pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam
larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
- Unit
atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
- Sumber
radiasi
- Sistem
pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua
komponen utama sistem introduksi sampeldan sumber (source) atomisasi.
Untuk kebanyakan instrument sumber atomisasi ini adalah nyata dan sampel
diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan
ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai
bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun demikian yang saat ini menonjol
dan diapakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara asetilen dan
nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang
sesuai untuk kebanyakan analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan
menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan
AAS. Temperature nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral
dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur
dapat diminimalkan.
Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang
mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperature nyala
yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, Ti,
V dan W.
Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan Elektrotermal/tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS.
GFAAS dapat mengatasi kelemahan dari sistem nyala seperti sensitivitas, jumlah
sampel dan penyiapan sampel.
Ada tiga
tahap atomisasi dengan metodeiniyaitu:
- Tahap
pengeringan atau penguapan larutan
- Tahap
pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic
- Tahap
atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan menggunakan GFAAS
adalah sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan GFAAS tungsten: Hf,
Nd, Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr. Hal ini disebabkan karena
unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Petunjuk
praktis penggunaan GFAAS:
- Jangan
menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat
- Sulfat
dan fosfat bagus untuk pelarutsampel, biasanya setelah sampel ditempatkan
dalam tungku.
- Gunakan
cara adisi sehingga bila sampel ada interfensi dapat terjadi pada sampel
dan standar.
- Untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energy
panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati
agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ionisasi
ini dapat terjadi apabila temperatur terlampau tinggi. Bahan bakar dan
oksidator dimasukkan dalam kamar pencamput kemudian dilewatkan melalui
baffle menuju ke pembakar. Hanya tetesan kecil dapat melalui baffle.
Tetapi kondisi ini jarang ditemukan, karena terkadang nyala tersedot balik
ke dalam kamar pencampur sehingga menghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya
lebih disukai pembakar dengan lubang yang sempit dan aliran gas pembakar
serta oksidator dikendalikan dengan seksama.
- Dengan
gas asetilen dan oksidator udara bertekanan, temperature maksimum yang
dapat tercapai adalah 1200oC. untuk temperatur tinggi biasanya
digunakan N:O: = 2:1 karena banyaknya interfensi dan efek nyala yang
tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai gantinya digunakan
proses atomisasi tanpa nyala, misalnya suatu perangkat pemanas listrik.
Sampel sebanyak 1-2 ml diletakkan pada batang grafit yang porosnya
horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pipa. Pada tungku
grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur
dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi
senyawa yang dianalisis.
Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala.
Bila ditinjau dari sumber radiasi, metode tanpa nyala haruslah berasal dari
sumber yang kontinu. Disamping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang
semonokromatis mungkin. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi
yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow
cathode. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk
silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis.
Lampuini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah, dengan pemberian tegangan
pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan
teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan
radiasi pada panjang gelombang tertentu.
2.3 Instrumen dan Alat
Untuk menganalisis sampel, sampel tersebut harus
diatomisasi. Sampel kemudian harus diterangi oleh cahaya. Cahaya yang
ditransmisikan kemudian diukur oleh detector tertentu.
Sebuah
sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah:
- Desolvation
(pengeringan) – larutan pelarut menguap, dan sampel kering tetap
- Penguapan
– sampel padat berubah menjadi gas
- Atomisasi
– senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.
Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum
sempit dibandingkan dengan transisi atom.Lampu katoda Hollow adalah sumber
radiasi yang paling umum dalam spekstroskopi serapan atom. Lampu katoda hollow
berisi gas argon atau neon, silinder katoda logam mengandung logam untuk
mengeksitasi sampel. Ketika tegangan yang diberikan pada lampu meningkat, maka
ion gas mendapatkan energy yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari
katoda. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan mengemisikan cahaya
sesuai dengan frekuensi karakteristik logam.
2.4 Bagian-Bagian pada AAS
- Lampu
Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda
pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih
menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang
paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk
memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah
selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan
ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
- Tabung
Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung
gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya
tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas
dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara,
maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya
yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka
tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan
menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat.
Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian
dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas
juga memiliki tekanan.
- Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot
asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada
AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak
berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian
ducting secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga
tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada
ducting kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting
tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting
- Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main
unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan
digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF,
spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan,
atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan
disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar,
agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri
merupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan
dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar
lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
- Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam
main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara
baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api,
dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran
dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides
selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada
pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan
selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang
akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam
larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang
berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas.
- Buangan
pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan
diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang
dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi
ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian
nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan
bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang
berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut
juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila
buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.
- Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau
radiasi dari sekian banyak spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow
cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk
daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk
daerah IR dan kisi difraksi.
- Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan
detector panas. Detector panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah
termasuk thermocouple dan bolometer. Detector berfungsi untuk mengukur
intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy listrik oleh
fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh
alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam deterktor
sebagai berikut:
- Detector
Cahaya atau Detector Foton
Detector
foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif
terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
- Detector
Infra Merah dan Detector Panas
Detector
infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika
dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
2.5 Cara kerja spektrofotometer serapan atom
Pertama-tama
gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan
komputer secara berurutan.
- Di buka
program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah
”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan
jika tidak No.
- Dipilih
yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket
lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda
yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
- Dipilih
No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
- Pada
program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih
unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang
diinginkan
- Jika
telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur
parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement;
concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of
standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
- Diklik
ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
- Diklik
icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat
siap digunakan untuk mengukur logam.
- Pada
menu measurements pilih measure sample.
- Dimasukkan
blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
- Dimasukkan
blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.
- Jika
data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
- Dimasukkan
ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
- Dimasukkan
blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
- Setelah
pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print atau
pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
- Apabila
pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner
selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer
dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan
terakhir gas.
2.6 Metode Analisis
Adatiga
teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik
tersebut adalah:
- Metode
Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan
satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya
absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur
dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar,
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
- Metode
kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar
dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan
AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan
absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slobe
= ∈.b atau = a.b. konsentrasi larutan
sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi
ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi linewar pada kurvakalibrasi.
- Metode
adisi standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu
meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume
tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan
sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya
ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku
hal-hal berikut:
Dimana,
Cx =
konsentrasi zat sampel
Cs =
konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax =
absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT =
absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua
rumus digabung maka akan diperoleh
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung
dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri
penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus
yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x
{Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x
(-1) atau Cx = -Cs
Salah satu
penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode
pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum
pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks
padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah dengan ukuran
partikel antara 0,01 – 100 μm.
2.7 Keuntungan danKelemahan Metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan
spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan
yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung
terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm
sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS
tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,
pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks
misalnya pelarut.
2.8 Gangguan-gangguan dalam metode AAS
- Ganguan
kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianailsis
mengalami reaksi kimia dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang
refraktori, sehingga tidak semua analiti dapat teratomisasi. Untuk mengatasi
gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala
yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapatmelepaskan kation
atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lai yang
ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective
Agent).
- Gangguang
Matrik
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak
garam atau asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat
standar, atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.
Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat
mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar (Standar
Adisi).
- Gangguan
Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup
tinggi sehingga mampu melepaskan electron dari atom netral dan membentuk ion
positif. Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat
absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan
ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
- Absorpsi
Latar Belakang (Back Ground)
Absorbsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari
absorpsi oleh nyala api, absorpsi molecular, dan penghamburan cahaya.
2.9 Analisis Kuantitatif
- Penyiapan
sampel
Penyiapan sampel sebelum pengukuran tergantung dari
jenis unsur yang ditetapkan, jenis substratdarisampeldancaraatomisasi.
Pada kebanyakan sampel ha lini biasanya tidak
dilakukan, bila atomisasi dilakukan menggunakan batang grafik secara
elektrotermal karena pembawa (matriks) dari sampel dihilangkan melalui proses
pengarangan (ashing) sebelum atomisasi. Pada atomisasi dengan nyala, kebanyakan
sampel cair dapat disemprotkan langsung kedalam nyala setelah diencerkan dengan
pelarut yang cocok. Sampel padat baiasanya dilarutkan dalam asam tetanol
adakalanya didahului dengan peleburan alkali.
- Analisa
kuantitatif
Pada analisis kuantitatif ini kita harus mengetahui
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menganalisa. Selain itu kita harus
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada AAS.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebelum menganalisa:
- Larutan
sampel diusahakan seencer mungkin (konsentrasi ppm atau ppb).
- Kadar
unsur yang dianalisis tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai.
- Hindari
pemakaian pelarut aromatic atau halogenida. Pelarut organic yang umum
digunakan adalah keton, ester dan etilasetat.
- Pelarut
yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a)
Langkah
analisis kuantitatif:
- Pembuatan
Larutan Stok dan Larutan Standar
- Pembuatan
Kurva Baku
Persamaan
garis lurus : Y = a + bx dimana:
a = intersep
b = slope
x =
konsentrasi
Y = absorbansi
Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan
memplotkan data absorbansi terhadap konsentrasi atau dengan cara
mensubstitusikan absorbansi kedalamp ersamaan garis lurus(Sumar Hendayana, dkk,
1994)
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersubut maka dapat
diatarik kesimpulan bahwa Spektromerti Serapan Atom didasarkan pada besarnya
energi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas
Agar
intensitas awal sinar (Po) dan sinar yang diteruskan (P)dapat diukur, maka
energy sinar pengeksitasi harus sesuai dengan energy eksitasi atom penyerap dan
energy penyerap ini diperoleh melalui sinar lampu katoda berongga.
Lampu katoda
berongga ada yang bersifat single element dan ada yang bersifat multi element.
Salah satu
alat yang sangat berperan penting dalam AAS adalah Copper yang berfungsi untuk
membuat sinar yang dating dari sumber sinar berselang – seling sehingga sinar
yang dipancarkan juga akan berselang - seling.
AAS memiliki
keakuratan yang tinggi pada analisis kualitatif
Beberapa
jenis gangguan dengan cara AAS pada analisis kuantitatif
- Gangguankimia
- Gangguanmatrik
- Gangguanionisasidan
- Gangguan
background
DAFTAR
PUSTAKA
Adam
Wiryawan., dkk. 2007. Kimia Analitik . Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Sumar
Hendayana, dkk, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar